Monday, February 12, 2007

SENANDUNG PARA PECINTA

Tiada harapan yang terdetak dari seorang hamba yang beriman melainkan husnul khatimah. Natijah akhir; hasil final yang tidak dapat diukur kecuali setelah datangnya rahasia kematian. Sebab dunia adalah ilusi, bukan petanda akhir kepuasan dan cita-cita yang diidam-idamkan oleh siapapun. Hanya keberanian untuk selalu bahagialah yang mampu terus menjadikan kita tidak khawatir dengan masa depan dan tidak sedih dengan masa silam. Kesenangan dan kebahagiaan yang tak terputus walau sedetik, tak akan tercapai tanpa memahami hubungan khusus antara sang hamba dengan empunya. Pun hubungan mesra tersebut harus diimbangi dengan mencintai sesama, baik sesama agama, sesama manusia, dan sesama mahluk ciptaanya.

Cinta sesama melahirkan limpahan karunia, cinta sesama yang harus diekspresikan dengan tindakan yang senantiasa memanusiakan sesama dan me-mahluk-an sesama. Tanpa ekspresi, cinta kering dan hangus dibakar oleh api hasud dan kebencian. Cinta sesama yang menerangi mimbar para Nabi dan para Syahid di akhirat kelak. Cinta sesama yang menaruh iba kepada sesama saudara untuk tak lupa memohon kepada-Nya demi kemaslahatan bersama.

Itulah cinta sejati, tak lekang oleh panas dan tak lapuh oleh terpaan angin hujan. Cinta yang menerima kelemahan, kesalahan dan ketidaksamaan sesama. Cinta yang mengajarkan kita bagaimana beragama. Seorang pecinta tak kan kenal lelah untuk mengetuk pintu orang yang dicintainya. Begitu pula tatkala keduanya " saling mencintai ", niscaya tak ada yang lain kecuali kebahagiaan abadi yang menghapus segala beban, dan hanya dengan saling memahamilah kita dapat mengenal cinta sesama, cinta yang menggiasi dan merubah warna aturan menjadi indah.

Rasulullah diutus untuk menebarkan kasih sayang di seantero jagat. Sudah seharusnya kita bercengkrama dalam lautan cinta dan kasih, meneruskan spirit sang Rasul dengan menyatukan suara melalui bahasa cinta. Dengan demikian, pastilah kita tidak akan berpisah. Perpisahan kita hanyalah ruang dan waktu; hati tetap bertaut dan bersatu. Arwah kita melagukan nyayian rindu.

" Innalgharama Idza alamma Bi'asyiqin
Ahma Hamisyan Lil Hasya Yajtahu"
" Rindu mengubah luka menjadi suka"

" kanziyatun Asraruhu biqulubina
Wal hubbu kanzun wasshafa miftahu "
" cinta adalah rahasia hati;
Sebuah gedung yang hanya dibuka dengan kebeningan hati ".

Nah, bila kita masih mengidap penyakit setitik kebencian, berari hati kita sedang bermasalah. kenapa kita tak segera mencari dokter penyembuh hati. Bukankah hati yang menjadi penentu kemaslahatan jasad, haruskah qalb kita tunda untuk menjadi Fu'ad ?

No comments: