Monday, February 12, 2007

KEINDAHAN YANG DIKEBIRI

Cahaya tercipta, tentu sebagai penerang bagi manusia. Abjad terukir sebagai cikal bakal teks tertulis dan sastra. Tangga nada teruntai sebagai asal muasal lantunan sebuah lagu. Kanvas tergores setelah terciptanya warna, dan hembusan kasih sayang menyemaikan cinta. Anugerah Allah swt. yang berupa cipta, rasa dan karsa bukanlah larangan, melainkan sebuah modal yang mendorong olah akal budi manusia dalam menciptakan sebuah kebudayaan yang akan tumbuh dan berkembang menjadi sebuah peradaban.

Hadits yang berbunyi "al-Mushawwiruna finnar" sering kita dengar. Sebuah argumen teks agama yang dipergunakan untuk mengharamkan lukisan, foto, seni ukir dan beraneka ragam kesenian serta corak keindahan alam. Ironinya, terkadang hadits di atas malah digunakan secara kebablasan dengan mengharamkan bagan sebagai sample (contoh) dalam disiplin ilmu biologi beserta cabang-cabangnya, serta setiap gambar yang digunakan sebagai tiruan dari wujud aslinya. Malah ada yang lebih parah, mereka mengharamkan kartu identitas, paspor dan mata uang yang bergambar manusia atau hewan.

Mahmud Sa'id, Pablo Picasso, Basuki Rahmat adalah deretan produsen lukisan yang luar biasa. Haruskah kita cegah mereka untuk berkreasi? Layakkah setiap goresan tinta yang menorehkan keindahan dilarang? Haruskah seni pahat dan seni patung dikebiri oleh agama? Padahal kesemuanya merupakan hasil goresan yang patut diapresiasi yang menyentuh perasaan, menghaluskan nurani dan meluluhlantakkan egoisme yang ada pada diri kita.

Coba kita sentuh hadits yang berbunyi "al-Mushawwiruna finnar", yang sebenarnya bukan penghambat kreasi dan imajinasi, melainkan sebuah peringatan bagi orang-orang yang meyakini di dalam hatinya bahwa Allah swt. dapat digambarkan dalam bentuk tertentu kemudian mereka-pun menyembahnya. Sebagaimana orang yang meyakini bahwa Tuhan menyerupai sapi kemudian mengkultuskannya. Atau orang-orang yang beri'tiqad bahwa Tuhan menyerupai benda-benda luar angkasa seperti matahari, bintang, rembulan dan sebagainya. Dus, setiap orang yang terlintas dalam benaknya bahwa Allah swt. menyerupai ciptaan-Nya dalam bentuk seperti apapun. Kemudian mereka menuhankannya. Pendeskripsian seperti itulah yang akan menjerumuskan diri kita dalam api neraka, sebagaimana termaktub dalam hadits di atas. Lupakah kita bahwa Allah swt. terbebas dari kuantitas, kualitas, keturunan, patner, bentuk yang berlawanan dan segala sesuatu yang mencemari kemahaesaan-Nya.

"Inna hadza shirati Mustaqiman fattabi'uh" Tatkala ayat tersebut turun, Nabi saw. menggambar garis lurus kemudian menambahinya ke arah kiri dengan enam garis tegak dan ke kanan enam garis juga, persis seperti pelepah kurma. Sebuah skema yang sangat mustahil diharamkan. Skema, bagan, dan pelbagai gambar petunjuk lainnya merupakan sarana untuk mentransfer sebuah informasi pengetahuan. Bukankah peta strategi perang, peta geologi, sketsa alam, skema tehnik dan pelbagai gambar petunjuk dalam disiplin ilmu fisika merupakan untaian goresan tinta yang layak disebut sebagai gambar. Mungkinkah Rasullullah saw. melarang padahal pasti kita memerlukannya?

Bukankah Rasulullah saw. tersohor dengan julukan "Utiya jawami'al-kalim" yang berarti perkataan yang terucap dari Rasul singkat tapi padat, dan sering disalahartikan oleh sebagian orang. Walhasil kita harus mampu menangkap pesan-pesan teks secara substansial, tidak terbatas dari lahirnya saja. Sebab pada dasarnya para penafsir teks suci agama bagaikan orang buta yang menyentuh seekor gajah. Pastilah mereka tidak akan mampu mendeskripsikan bentuk gajah secara utuh. Dan kenapa kita tidak berusaha untuk menyentuh esensinya.

Baginda Sulaiman sebagai seorang Nabi, khalifah dan raja pada masanya, memerintahkan para jin untuk membuat patung. Sebagaimana termaktub dalam al-Quran surat al-Saba' ayat 13. Dengan kata lain apabila patung, gambar, foto atau lukisan dipajang di dalam rumah yang tidak mengakui keesaan Tuhan, atau benda-benda tersebut disejajarkan dengan Tuhan niscaya malaikat rahmat-pun tidak akan pernah memasukinya. Sebab di dalam rumah tersebut terdapat penghambaan yang menyesatkan. Akan tetapi bila benda-benda tersebut dijadikan sebagai sumber inspirasi, keindahan dan hiasan, bukankah malaikat malah tertarik untuk mengunjunginya dan tentulah halal hukumnya. Tidakkah demikian?

1 comment:

cakrawala baru said...

Semua hal yang datang dari ALLAH baik larangan dan Perintah memiliki maksud yang mungkin kita belum sampai pada maksud dan isi pesan tersebut.

"Sesungguhnya manusia akan melampau batas apabila mereka dalam kecukupan" ayat tersebut juga arti tidak hanya materi tetapi lebih dari itu.